Tanda-tanda kemunculan Satrio Piningit
tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Menurut ramalan Jayabaya,
yang tertulis di buku Jangka Jayabaya, Satrio Piningit memiliki
ciri-ciri tertentu.
Ciri itu disebutkan ada dewa tampil berbadan
manusia, berparas seperti Batara Kresna, berwatak seperti Baladewa, dan
bersenjata trisula wedha (bait 159). Satrio Piningit berwujud seperti
manusia biasa, tetapi sejatinya ia adalah dewa. Untuk mengetahui
sejatinya seseorang tidaklah mudah, kecuali sesamanya, atau lebih tinggi
derajatnya.
"Berparas seperti Bathara Kresna, berwatak seperti
Baladewa. Paras Satrio seperti Bathara Kresna (tampan berwibawa) dan
berwatak tegas seperti Baladewa," ujar budayawan Jawa, Aziz
Hidayatullah, Jumat 12 Juni 2015.
Bersenjata trisula wedha.
Untuk kalimat yang satu ini dimaknai secara tersirat, karena Satrio yang
dipingit tidak membawa trisula ke mana-mana.
Dalam pemaknaan
trisula wedha, secara garis besar bisa dimaknai tiga menjadi satu,
seperti ilmu, amal dan iman, bumi, langit, dan isinya: kiri, kanan,
tengah: bener, jejeg, dan jujur, atau apa pun yang secara filsafat
mengandung makna tiga menjadi satu. Hal ini, sesuai dengan derajat dewa,
sehingga berkelakuan mulia.
Sakti mandraguna tanpa aji-aji
(bait 162). Analisis Satrio Piningit sakti mandraguna tanpa azimat
apapun, apalagi batu atau keris, sesuai dengan derajatnya sebagai dewa.
Pandai
meramal seperti dewa, dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut, dan
canggah seseorang, seolah-olah ia lahir di waktu yang sama. Tidak bisa
ditipu karena dapat membaca isi hati, bijak, cermat, sakti, mengerti
sebelum sesuatu terjadi, mengetahui leluhur seseorang, memahami putaran
roda zaman Jawa. Mengerti garis hidup setiap umat, dan tidak khawatir
tertelan zaman (bait 167).
Seperti disebutkan sebelumnya, ia
adalah dewa, sehingga sudah pasti bisa meramal, atau membaca. Karena
mampu membaca isi hati, atau pikiran seseorang, Satrio Piningit tidak
akan tertipu. Tetapi, mungkin dalam hal menjaga piningitnya, ia
pura-pura tertipu.
Bijak, cermat, dan sakti. Sesuai dengan
derajatnya yang dewa tersebut, kalimat ini juga bisa sebagai acuan untuk
mengetahui wujud lahiriahnya Satrio Piningit dari sisi perbintangan.
Sang
Satrio memahami filsafat sebab akibat. Secara sederhana, hukum sebab
akibat itu digambarkan sebagai, "jika kita berbuat baik, akan
mendapatkan kebaikan, begitu pula sebaliknya".
"Sesuai dengan namanya "piningit", ia tidak akan sibuk memperkenalkan diri sebagai Satrio Piningit," kata Aziz.
Sebab
itu, carilah satria itu yatim piatu, tak bersanak saudara, sudah lulus
weda Jawa, hanya berpedoman trisula, ujung trisulanya sangat tajam
membawa maut, atau utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan
orang lain, yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan (bait
168).
Secara lahiriah, pastilah Satrio memiliki sebab, sehingga
ada akibat (memiliki saudara dan orangtua). Berarti, kalimat ini
diartikan secara tersirat sesuai dengan derajatnya para dewa, dan
mengarahkan pada kelakuannya yang tidak membeda-bedakan mana kakak,
adik, atau bukan. Dengan kata lain, Satrio Piningit tidak akan KKN dan
selalu berbuat adil.
Ujung trisulanya tajam membawa maut, atau
utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain, yang kiri
dan kanan menolak pencurian dan kejahatan. Trisula ini merupakan
kelakuan, atau perbuatan dari Satrio itu sendiri.
Senang
menggoda dan minta secara nista (bait 169). Senang menggoda bisa
diartikan genit, atau suka bercanda. Sedangkan kalimat minta secara
nista adalah bagian dari candaan ataupun godaannya.
Diterangkan
jelas bayang-bayang menjadi terang benderang (bait 170). Dengan
kemampuannya, segala sesuatu yang bayang-bayang, atau tidak jelas, atau
tersamar, atau tersembunyi akan menjadi terang.
Sesuai dengan
zaman sekarang ini, banyak sejarah dihapus, atau diselewengkan, atau
dibelokkan, sehingga kita kehilangan jati diri. Sepertinya, hanya Satrio
Piningit yang mampu meluruskan sejarah kita.
Hanya satu ini
yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya (bait
171). Berarti, dengan mudah Satrio Piningit dapat memberi petunjuk arti
dan makna dari ramalan Jayabaya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar