Jaman beralih ke jaman yang sangat mungkin tak dapat dimengerti untuk jaman sebelumnya.
Suatu saat kita juga dan mereka pasti mengerti akan hal yang belum terjadi tetapi sudah tertulis dan tersampaikan. angan-angan pun pasti tidak sama dengan kenyataan. Jikalau dirintis dari awal suatu hal yang belum terjadi tidak dapat diputuskan akan baik atau tidak baik.
Jaman penjajahan dahulu, orang indonesia khususnya yang berada di tanah jawa hidup dari pakan sehari-hari berupa tanaman sekitar rumah dan sawah ladang tanpa memperhitungkan banyaknya emas dan uang yang dimiliki. Sepertinya mereka telah terjajah oleh para kompeni yang berbadan tinggi besar dan bersenjatakan laras panjang dengan kecerdasan politik yang sulit ditangkal. para pribumi sepertinya terjajah secara fisik tetapi jiwa mereka berontak ingin melawan dan terbebas dari pengaruh sifat semena-mena dan kecongkakan.
selama lebih dari tiga abad yang tertulis dalam sejarah peradaban indonesia, bangsa kita telah dimasuki oleh paham bahwa penduduk pribumi tidak sekelas dan tidak setara dengan orang eropa. satu persatu kerajaan yang ada telah hancur dan beralih ke tangan pendatang yang bertopeng sebagai pedagang dan pencari suaka untuk mencari rempah-rempah yang cita rasanya terkenal sampai ujung dunia. rempah-rempah yang konon harganya sangat mahal tak sebanding dengan emas atau sekepeng uang sekarung.
Beruntung disana sudah ada tokoh yang sering disebut kyai, yang mengarahkan para penduduk untuk bersabar dan mencari waktu untuk melawan secara diam-diam. jaman itu, yang dipikirkan hanya bagaimana bisa bertahan hidup dari makan dan minum sehari-hari tanpa memikirkan kebutuhan tersier dan lainnya.
Rindu adalah sebuah hal yang dipikirkan oleh orang-orang tua jaman sekarang akan masa mudanya ketika alam masih rindang dan sejuk untuk dirasakan, mungkin sekitar tahun 1960-an, jaman dasawarsa setelah kemerdekaan indonesia. tidak ada pupuk berbahan kimia, tidak ada makanan dan minuman instan, rumah joglo, tidak aspal atau paving dimana-mana dan selainnya. terjadi kegotong royongan dan kerukunan antar desa dan tetangga sebelah.
sekitar tahun 2000, manusia mulai berubah dari mulai sifat, kata-kata, perilaku, pakaian, mode, gaya hidup, semboyan ketimuran, dan kebiasaan hidup. hal yang fatal adalah kepribadian dalam berorientasi secara pandangan dan ideologis, dimana menang adalah segalanya dan yang kaya adalah yang paling berkuasa.
penjajahan jaman sekarang tidak lagi memakai senjata atau pedang, tetapi penjajahan sekarang menyerang dalam bentuk ideologis dan pemikiran. seperti trend mode pakaian, gaya rambut, hubungan bebas, minuman keras yang beredar, diskotik yang berbau kebaratan dan lain sebagainya.
Sekarang orang tua pada bingung cari les-lesan untuk sekolah anaknya agar rangking di sekolah, tetapi tidak bingung untuk memaksa anaknya mengaji di kampung halamannya secara rutin dan istiqomah. menurut mereka ngaji bukan lagi menjadi hal yang penting dan sakral bagi kehidupan keluarganya, sehingga hidup serasa hambar dan tak berbumbu. dengan memiliki banyak uang, maka semua hal bisa dimiliki. namun nyatanya terjadi banyak kasus bunuh diri karena masalah ekonomi. jika dilihat dan ditelaah pada jaman dahulu dan jaman sekarang sangat berbeda. dulu orang miskin masih bisa berjuang untuk hidup dan masih bisa tersenyum gembira, sekarang orang kayapun masih bisa menangis dan merintih kesakitan karena penyakit kolesterol dan selainnya.
jaman dahulu orang berilmu yang paling dihormati, jaman sekarang orang bodoh dan kaya lah yang paling disegani hingga tidak terlihat berapa banyak utangnya dalam bank dan selainnya.
jaman dahulu orang sibuk cari pakaian baru untuk hari raya, sekarang orang pada sibuk membuang pakaian baru untuk dikurangi porsinya agar terlihat ngetren dan modis.
itulah sifat perbedaan manusia per jaman. karena jaman sudah tidak bisa dilindungi lagi. masihkah bertanya siapakah yang paling disalahkan? jaman, alam, ataukah manusia yang merubahnya!
====================================================================
jawabannya : https://onepunchman2017.wordpress.com/2017/02/15/perbedaan-kemampuan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar